Arsitektur, suara dan musik pada lingkungan akustik ruang terbuka dan bagaimana musik tersebut terdengar.
Mengapa musik terdengar seperti yang kita dengar? Tulisan pertama dari tiga tulisan.
Lynn Whidden dan Paul Shore dalam bukunya yang berjudul Environment Matters: Why Human Song Sounds The Way It Does mengusulkan teori pemikiran bahwa proses penciptaan lagu dapat dibagi menjadi tiga lingkungan akustik dimulai dari di ruang terbuka, dalam bangunan arsitektur dan elektronik.
Lingkungan akustik ruang terbuka pada jaman pra sejarah.
Dua suling sederhana berumur sekitar 42,000 tahun yang lalu ditemukan di daerah negara Jerman terbuat dari tulang burung dan gading mamoth membuktikan bahwa musik sudah hadir dari jaman pra sejarah. Tradisi memainkan alat musik dan membuat alat musik diwariskan dari generasi ke generasi dari jaman pra sejarah kala sampai dengan jaman tradisional. Dari jaman pra sejarah sampai dengan masyarakat tradisional, manusia sering melakukan acara seremonial di ruang terbuka mulai dari melakukan upacara keagamaan sampai dengan pesta perayaan datangnya musim panas. Lagu - lagu pada jaman ini dimainkan didengar pada ruang terbuka, kebanyakan menggunakan bunyi-bunyian dengan alat musik yang teknik pembuatannya sangat sederhana.
Peneliti berasumsi proses penciptaan lagu pada jaman pra sejarah terinspirasi oleh hal - hal yang terdengar atau terlihat di ruang terbuka. Pada jaman tersebut musik masih sangat beragam belum memiliki pola dasar yang baku seperti lagu pada jaman kedua yaitu habitat musik dalam ruang arsitektur. Sayangnya tanpa adanya dokumentasi notasi musik ataupun teknlogi rekaman kita tidak dapat membayangkan bagaimana bunyi musik pada jaman tersebut.
Lingkungan arsitektur akustik ruang terbuka pra elektronik
Arsitektur dan musik berkembang seiring dengan berkembangan peradaban manusia. Stonehenge adalah peninggalan dari peradaban manusia 2000 - 3000 tahun sebelum masehi yang berada di negara Inggris. Stonehenge adalah salah satu arsitektur dengan karakteristik akustik yang menarik. Belum diketahui upacara dengan suara seperti apa yang dilakukan oleh orang yang membangun situs ini.
Setelah Stonehenge arsitektur dengan akustik ruang terbuka yang menarik adalah Teather Epidaurus di Yunani yang dibangun pada tahun 400 sebelum masehi oleh arsitek Polykleitos Junior. Audiense pada barisan paling belakang masih dapat mendengar suara performer bernyanyi atau bermain musik tanpa sistem penguat suara yang ada pada jaman sekarang.
Pausanias, seorang petualang dan ahli geografi memuji theatre ini karena desain simetris yang indah. Teater ini dapat menampung 13,000 sampai 14,000 penonton. Pada jaman tersebut teater ini digunakan untuk pagelaran musik, drama dan olah raga. Pada jaman tersebut pertunjukan drama di teater ini dipercaya dapat menyembuhkan penyakit mental maupun fisik karena dapat menghadirkan dewa kesembuhan Asclepius.
Situs ketiga adalah Chichen Itza dibangun oleh suku Maya pada tahun 600 yang jaman ini terletak di negara Mexico. Yang menarik dari bangunan ini apabila kita bertepuk tangan di bawah pura ini, kita akan mendengar pantulan suara seperti suara burung.
Lingkungan arsitektur akustik ruang terbuka setelah elektronik
Setelah berkembangnya teknologi elektronik mulai dari alat musik elektronik sampai dengan penguatan suara elektronik, ketergantungan manusia terhadap arsitektural akustik ruang terbuka menjadi berubah, Berkat teknologi elektronik pagelaran musik yang dihadiri puluhan ribu penonton suara musik dapat terdengar jelas sampai ke barisan terbelakang.
References:
History of Music Notation - evolution, printing, specialization, and computers, https://www.mfiles.co.uk/music-notation-history.htm
Whidden, L. & Shore, P. Environment Matters: Why Human Song Sounds The Way It Does (2019) doi:10.3726/b14147.
Concert Halls and Opera Houses Music, Acoustics, and Architecture, Leo Beranek, Springer-Verlag GmbH & Co